Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

Kok Bisa ?

Bismillahirrahmanirrahim.. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.. Bagaimana kabar para pembaca hari ini ? Mudah-mudahan selalu dalam lindungan Allah, yaa. Aamiin. . Pernah gak sih? Ngerasa kalau Allah gak adil. Allah gak sayang? Pasti pikiran itu pernah terbesit sekilas saat semua yang kita mau, tak kunjung diberi. Padahal, sudah merasa "berusaha mati-matian" . "Sekeras ini kah hidup? Sekejam ini kah realita?" . Ada orang, yang semasa sekolah, rajin nya kebangetan. Otak nya pun, warbyasahh cerdas nya hehe. Nilai nya selalu bagus, tugas dari guru selalu gak pernah gak di kerjakan, bahkan di penghujung sekolah pun, dapat nilai UAN yang tinggi, nilai yang tertera di ijazah, semua diatas 7. Tapi setelah lulus, menemui kehidupan yang sebenarnya, tak kunjung dapat rezeki pekerjaan, susah cari pekerjaan. Kok bisa? . Sementara itu, yang semasa sekolah sering bolos, sering nyontek, sering dapat teguran bahkan surat panggilan untuk orangtua, gak pernah

Sutradara Terbaik

Kerap kali kita marah, bahkan kecewa, saat semua tak berjalan sesuai ingin. . Kita lupa, bahwa Allah lah sang sutradara terbaik dalam kehidupan. . Kita lupa, bahwa ternyata Allah telah siapkan skenario terbaik untuk hamba-Nya perankan. . Kita lupa, bahwa kita tak ada hak untuk marah, bahkan kecewa kiranya semua tak berjalan sesuai ingin kita. . Bahkan naas nya, kita menganggap Allah tak adil. Allah tak mendengarkan do'a kita, dan segala macam bentuk ucapan apapun saat kita lupa bahwa semua sudah dengan porsinya. . Kita selalu meminta lebih, tapi kita tak sadar, apakah kita sudah berjuang untuk Allah. Apakah kita sudah memberikan yang terbaik untuk Allah. . Lalu kemudian Allah berbisik lirih pada saat kita tersungkur dalam sujud rakaat terakhir, "Bukan Aku tak mendengar. Hanya saja, Aku tahu mana yang terbaik untuk mu. Percayalah, ada hal terbaik yang sedang Aku siapkan untuk mu kelak. Dengan waktu terbaik, saat dimana kamu membutuhkan nya, atau saat dimana kamu ben

Kepulan Rindu

Ada gumpalan rindu yang kian mendarah daging dalam jiwa dan raga. Kepulan yang semakin menggebu, menciptakan asap asa yang menghiraukan segala lara. Ternyata.. Rindu juga bisa kejam. Ia tak pernah mau tau sedikit pun perihal waktu. Sekalipun hanya memejam sekejap saja. Ada rindu yang bersembunyi dalam semak belukar nya nurani. Juga asap asa yang semakin mengelabui tatapan mata. Melalui ejaan puisi ini, Ku bisikan lirih pada angin juga semesta raya Bahwa aku, rindu padamu.

Pinjami Aku Namamu~

Bolehkah aku ? Meminjam nama mu, untuk kemudian ku sebut ditengah dingin nya sepertiga malam. Bolehkah aku ? Meminjam nama mu, untuk kemudian ku tiupkan pada saat ku tengadahkan tangan ku. Tolong, pinjami aku nama mu. Untuk ku bisikan pada gemuruh nya angin, agar ia membawa terbang perasaan ku, hingga tak ada satupun yang tahu, kecuali Rabb ku. Sebenarnya.. Aku tak pantas mengagumi mu. Sebab bagaimana mungkin, kain kusut disandingkan dengan kain sutra. Sungguh.. Kau terlalu istimewa. Hingga aku kewalahan bagaimana memantaskan diri.